pelajar paruh waktu

1 Des 2016

Lari (short story)

14.25 Posted by anzilnyaw No comments
         Aku berlari. Masih terus berlari. Bukan menjadi yang pertama tapi bukan juga yang terakhir. Kepada siapa perlombaan ini kuperjuangkan aku pun juga tidak tahu. Siapa yang peduli padaku? Jawabannya tidak ada.
        Semua berawal ketika guru olahragaku mengetahui bakatku adalah berlari. Sejak saat itu hidupku penuh dengan lari, lari dan lari. Hingga kusadari aku pun juga berlari dari kehidupanku. Berlari menjauhi orang-orang yang dulunya sayang dan peduli denganku.
            Aku berlari menjauhi teman-temanku di sekolah karena aku menjadi terlalu sombong setelah mengikuti berbagai macam perlombaan yang aku menangkan selalu. Hingga kini aku menyesal. Journal di sekolahku mencatat aku menjadi urutan terakhir dalam perkembangan pelajaran, ini berbanding terbalik denganku saat aku mengikuti berbagai lomba lari dan selalu di catatan terdepan.
            Ayahku yang tak suka dengan kegiatan atletik karena dianggapnya hanya kegiatan membuang waktu memberi cap anak durhaka terhadapku. Berulang kali aku memberikan penjelasan tentang pentingnya arti hidup sehat tapi tidak pernah berhasil. Malah membuatku semakin dibenci ayah.
            “Aduh!”
            Aku menoleh. Menghentikan pikiranku tentang kenanganku selama ini. Seorang laki-laki seumuran denganku tersandung dan jatuh terjerembab. Ada rasa ingin menolongnya tapi tujuanku mengikuti perlombaan bukan untuk menolongnya tapi untuk mencapai garis finish. Ya, begitu juga kehidupan kita tidak pernah memedulikan kesengsaraan orang lain bila ingin mencapai kesuksesan.
            Aku mengumpulkan segenap tenaga dan nafas, berlari sekencangnya. Berusaha mengambil urutan yang terdepan. Walau tidak tahu kuperjuangkan untuk siapa. Hanya garis finish tujuanku. Terus berlari sampai…
            “Semangat nak!!”, seorang wanita meneriakiku.
            Aku terkesiap. Suara itu mengingatkanku sesuatu. Dialah orang yang menjadi alasanku berlari selama ini. Dialah orang yang membantuku berdiri ketika aku terjatuh dari pelarian hidupku.
            Ibu, ya ibu. Dan hanya ibu yang memberiku semangat berlari selama ini. Walau kini kakinya tak bisa digunakan lagi tapi dia tetap datang ke sini dan memberiku semangat ekstra. Hingga aku bisa berlari di sini. Di lapangan Vietnam mewakili Indonesia dalam ajang Sea Games 2013.
            Sakit kakiku tak terasa lagi ketika Ibu datang menyemangatiku.
            “Rena ! Ibu bangga padamu nak !”
            Tetes peluh keringat mengucur deras, degup jantungku berdetak lebih cepat. Nafasku pun juga tinggal sepenggal dua penggal.
            “Beri ibumu kebanggaan lebih nak !”
            “Ayah mendukungmu nak !”, suara lelaki yang sangat kurindukan, ayah.
            Ayah dan ibu datang. Senyum mengembang di bibirku. Memberiku pukulan semangat. Berlari, berlari dan berlari hingga aku mencapai garis itu. Dan dengan sampainya aku di sana, aku akan berhenti berlari. Berlari dari kehidupanku yang sebenarnya menyenangkan.


0 komentar:

Posting Komentar

Yoroshiku onegaishimasu !