pelajar paruh waktu

1 Des 2016

Awan Kecil (Short story)

14.20 Posted by anzilnyaw No comments
Awan Kecil
                Pagi itu sebuah awan kecil baru saja terbentuk di atas sebuah lautan lepas. Awan kecil itu mulai menghirup udara segar di sana.
                “Bahagianya aku bisa terbentuk di atas sebuah tempat yang indah seperti ini. Gunung-gunung tinggi yang menjulang, daratan-daratan yang berwarna hijau. Pohon-pohon yang kekar dan besar. Aaahh… senangnya”, ucapnya ketika angin kecil mulai membawanya berkeliling tempat indah itu.
                Sesekali awan kecil bertemu burung-burung yang kemudian hilang setelah menembus tubuh putih dan halusnya. Ia tidak marah bila ada yang menembusnya seperti itu, “Ini pengalaman pertamaku”, katanya. Rasa senangnya sangat besar pagi itu.
                “Hei awan kecil, kali ini kau mau dibawa ke mana lagi? Aku bisa membawamu ke mana pun kau mau”, kata angin kecil yang sekarang menjadi sahabat barunya.
                Awan kecil bingung. Dia baru saja terbentuk dan baru tahu dunia ini pagi ini dan sekarang angin kecil dengan senang hati akan mengantarnya ke mana saja. Tempat mana yang harus dikunjunginya. Dia tidak ingin meninggalkan tempat seindah ini.
                “Adakah tempat lain yang lebih indah dari ini angin kecil?”, tanyanya kemudian.
                “Ada banyak tempat indah di dunia ini, awan kecil.”
                “Bisakah kau mengantarkanku ke sana saja? Ke tempat yang katamu lebih indah dari tempat seindah ini.”
                Angin kecil mulai mengantarkannya. Melewati gunung-gunung tinggi, daratan-daratan hijau itu menuju sebuah daratan lain di balik lautan lepas. Awan kecil nampak lebih senang. Dia bahkan tidak bisa membayangkan tempat yang lebih indah dari tempatnya terbentuk.
                Tak begitu lama sampailah ia di sebuah daratan baru. Daratan yang jauh berbeda dari sebelumnya. Tidak ada warna hijau sama sekali di sana. Pohon-pohon tak sekekar dan sebesar sebelumnya. Gunung-gunung pun juga tak ada. Semuanya hanya berisi bangunan-bangunan dengan cerobong asap di atasnya. Dan juga disertai asap hitam yang membumbung di udara. Awan kecil tak lagi menghirup udara segar seperti tadi. Udara di sana membuatnya sesak.
                “Angin kecil, kau bawa ke mana aku ini? Tempat macam apa ini? Apakah ini yang dinamakan indah? Aku tidak bisa bernafas lega di sini.”
                “Maaf awan kecil, bukan ini tempat yang kumaksudkan. Kita harus melalui tempat ini sebelum sampai di tempat yang aku katakan tadi. Bersabarlah kita akan sampai sebentar lagi.”
                Awan kecil hanya bisa tersenyum masam. Matanya pedih ketika asap hitam itu menembusnya. Tidak pernah sesakit ini ketika ada yang menembusku, pikirnya. Ketika melewati sungai, awan kecil tak kalah kagetnya. Sungai yang harusnya dialiri oleh air, malah sampah yang mengalirinya. Benar-benar tempat yang menyeramka baginya.
                Bagaimana bisa ribuan manusia bisa tinggal di tempat yang menyeramkan seperti ini. Tidakkah mereka bisa bernafas ? Tidakkah mereka ingin tinggal di tempat yang indah dan segar? Awan kecil sangat heran akan hal itu.
                Akhirnya awan kecil sampai di sebuah gunung. Walau gunung itu tidak sebesar gunung di tempatnya berasal tadi.
                “Di balik gunung itu adalah tempat indah yang kuceritakan, awan kecil.”
                Mendengar itu awan kecil sangat bahagia, dia lega bisa keluar dari tempat menyeramkan itu. Ya, benar saja apa yang dikatakan angin kecil. Di sana terdapat hamparan luas sawah-sawah yang mulai menguning. Petani-petani bersiap-siap memanennya. Sungai-sungai kecil dialiri oleh air yang segar dan tak tercampur sampah sedikitpun. Pohon-pohon pun banyak macamnya. Ada beberapa rumah dengan pemandangan anak-anak kecil yang sedang bermain ke sana ke mari. Tidak ada bangunan bercerobong asap di sini, yang ada hanya rumah-rumah kecil tempat tinggal warga.
                “Sungguh indah”,katanya sambil tersenyum lebar, “Aku akan betah tinggal di sini angin kecil. Terimakasih sudah membawaku ke sini.”
                “Iya sama-sama. Kamu senang kan sekarang? Di sini suasananya tenang dan damai.”
                “Iya aku senang sekali.”
                Burung-burung kecil menembusnya dengan senang. Burung-burung itu juga memberinya salam sebagai ucapan selamat datang. Awan kecilpun akhirnya memutuskan untuk tinggal di situ sampai ia cukup besar untuk bisa melindungi desa itu dari panasnya terik matahari.




-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hi ! aku pengen ngepost beberapa cepen yang dulu waktu SMA aku bikin. Dulu pas jaman SMA aku hobby bikin cerpen sama puisi gitu deh, karya iseng-iseng gitu. Sekarang udah ga pernah muncul ide lagi jadi uda gapernah bikin-bikin lagi hahahaha. Enjoy ~



0 komentar:

Posting Komentar

Yoroshiku onegaishimasu !