Talk about future?
Well, kali ini gue mau bahas
sesuatu yang menurut gue penting, banget. Future. Masa depan. Jadi kali ini gue
mau share ke kalian tentang teori yang gue ambil sendiri dari lingkungan
sekitar. Kurang lebih dari pengalaman-pengalaman yang gue alamin. So, gue nggak
nyuruh kalian buat percaya sama apa yang mau gue omongin jugak karena ini pendapat pribadi gue sendiri.
What’s future?
Siapa sih yang nggak pengen
kalau masa depannya bahagia? Tiap orang pasti pengen hidup bahagia. Jadi
menurut gue, masa depan itu bisa juga berarti kebahagiaan. Karena apa? Karena
semua orang mendambakan buat bahagia di kemudian kelak. Orang mati pun juga
pengennya mati dengan bahagia.
Future?
Gue sendiri pun juga pengen
bahagia di masa depan. Tau nggak sih sebenernya menata masa depan sejak lo berumur
sekitar 12-15 itu perlu. Kenapa? Soalnya kalau lo baru mulai ngerencanainnya
mendadak di usia sekitar 16-17 itu bakal susah nentuinnya.
Menurut gue, oke kalian boleh
percaya atau nggak, orang yang terlalu pinter di sekolah bakal kebingungan
untuk memilih jurusan selanjutnya. Kita tahu sekolah menjejali kita begitu
banyak pelajaran.
Dulu gue nggak suka sama aturan
sekolah yang memberikan begitu banyak pelajaran yang belum tentu ada manfaatnya
di realita. Tau nggak sih di kehidupan nyata gue nggak bakal ngitungin berapa
detik benda jatuh dari ketinggian beberapa meter, gue juga masih nunggu kapan
gue pakek rumus trigonometri di kehidupan sehari-hari gue. Tapi tahu nggak sih
kenapa sekolah ngasih begitu banyak pelajaran buat kita? Sampai akhirnya gue
sadar sendiri dan menurut gue, itu semua ada manfaatnya juga buat kita. Tau
apa? Kita dibiarkan untuk memilih. Untuk memilih apa? Untuk memilih di
bidang mana kita cocok. Misalkan kita dikasih pelajaran matematika, terus kita
cocok dan kita suka, so tekuni bidang matematika dan cari kerja yang ada
hubungannya matematika.
Kapan lalu gue ngobrol-ngobrol
sama temen yang juara kelas di kelas gue. Kita ngobrolin tentang kelanjutan
kita setelah lulus SMA nanti. Lucunya dia masih belum tau dan masih bingung dia
mau melanjutkan di mana. Gue pikir anak pinter bakal gampang buat nentuin jurusan
selanjutnya. Ternyata nggak juga. Menurut penglihatan gue di kelas gue sendiri,
temen gue yang rangking di atas kebanyakan mereka kesulitan buat milih ke jurusan
mana.
Tahu kenapa? Gue rasa mereka
semacam kemakan tekanan buat dapet gelar juara kelas atau rangking tinggi. Jadi
mereka bakal berusaha menguasai segala bidang yang ada. Kalau bisa semua
sempurna. Bukannya menyalahkan mereka, tapi dengan begitu mereka bakal
kebingungan memilih jurusan karena banyak sekali bidang yang mereka kuasai.
Beda banget sama gue yang
rangking di bawah sendiri ini hahaha. Gue tau gue nggak ahli di pelajaran
sekolah. Seperti yang gue katakan sebelumnya pelajaran banyak yang diberikan
sekolah itu sebenarnya untuk membiarkan kita memilih. Dan gue pun juga udah
memilih-milih mana yang cocok buat gue. Yaitu, NGGAK ADA. Hahahaha silakan
tertawa. Akhirnya gue tahu apa yang cocok buat gue, seni. Suatu pelajaran yang
kurang banget dikembangkan di lingkungan sekolah gue. Jadi gue memilih untuk
mengembangkannya sendiri dengan cara gue. Menurut gue, belajar itu nggak hanya
di sekolah, belajar itu bisa di mana saja. See, gue belajar bikin blog kayak
gini sendiri. Gue cari-cari di internet sampai akhirnya gue tahu blog itu
ternyata bisa ngasilin duit. Bikin blog itu juga ilmu namanya. Ilmu itu bukan
hanya pelajaran-pelajaran yang dikasih sekolah dan dijejal-jejalkan di otak
kalian.
Well, semuanya terserah kalian,
jadi juara kelas itu juga ada untungnya, untungnya apa? Untungnya, kita jadi
gampang kalau mau ngelanjutin pendidikan. Banyak banget beasiswa-beasiswa yang
menganjurkan siswa-siswa pintar yang berhak menerimanya. Jadi yang rangking
belakang sendiri juga bukan dosa besar. Lo tahu Enstein aja nggak sekolah tapi
bisa pinter kayak gitu. Liat milyader-milyader dunia, kebanyakan mereka juga
bukan juara kelas juga tapi bisa kaya :p Hehehe.
Oke sampek sini dulu, capek
nulisnya. Cao!
0 komentar:
Posting Komentar
Yoroshiku onegaishimasu !